BOGOR (KPN) – Kembali banyak di perbincangkan prostitusi Apartemen gunung putri square (A-GPS), Yang berada di jalan mercedes Benz no 257, cicadas, kecamatan gunung putri Bogor, jawa barat. bukan lagi jadi rahasia umum bagi warga setempat. maraknya bisnis prostitusi di hunian tersebut.
Berulang-ulang berdiskusi dan berkali-kali diberitakan oleh awak media, nampaknya Apartemen Gunungputri Square masih berdiri kokoh menjalankan bisnis pelacuran.
Sebelumnya di ketahui, muspika kecamatan GunungPutri beserta pemuka agama, Pemdes Cicadas, MUI dan Warga Desa Cicadas, Kecamatan Gunung Putri Dihadiri juga oleh BPD, LPM, Karang Taruna, Polsek Gunung Putri, Danramil, Satpol-PP, Pemuda RW 10 dan DKM Masjid AL IKLAS. mengadakan rapat koordinasi diaula desa cicadas. Jumat malam, (20/01/2023).
Dalam musyawarah tersebut sepakat untuk menolak adanya kegiatan pelacuran di Apartemen Gunung Putri Square (A-GPS). namun, nampaknya hasil musyawarah itu tidak di indahkan okeh pengelola dan management Apartemen GunungPutri Square.
Maulidya Putri Rahmadanty Sekertaris Umum Aliansi Mahasiswa Peduli Rakyat (AMPERA). Dirinya Mengatakan, “Masalah prostitusi adalah masalah yang rumit, banyak hal yang berhubungan disana. oleh karena itu, masalah ini sangat perlu perhatian khusus oleh masyarakat. Prostitusi, sebuah bisnis yang identik dengan dunia hitam ini merupakan salah satu bisnis yang mendatangkan uang dengan sangat cepat. Tidak perlu modal banyak, hanya beberapa tubuh yang secara profesional bersedia untuk dibisniskan. Karena itulah sampai kapanpun bisnis ini tidak akan menemui masa-masa sulit.” Ucapnya
Lebih lanjut dikatakan Putri, “Masalah sosial ini harus serius tidak hanya tokoh agama maupun muspika, tetapi harus didukung oleh semua element masyarakat. seba, bisnis gelap ini pasti ada yang ingin mempertahankannya.” Tegas putri.
Peraturan yang ada di Indonesia seharusnya sudah mampu untuk menggulung praktek prostitusi melalui dunia maya ini. Namun sayangnya dengan kendala keterbatasan yang ada pemerintah belum mampu untuk menutup situs- situs dunia maya yang jelas-jelas berbau praktek protitusi. Memang dimasa sekarang, teknologi seperti mata pisau, yang satu dapat digunakan untuk hal-hal yang baik dan jika digunakan oleh orang yang tidak bertanggung jawab maka akan menimbulkan kerugian bagi orang lain.
Yogi Ariananda dan juga pembina Aliansi Mahasiswa Peduli Rakyat (AMPERA), juga asli putra daerah gunung putri tersebut dengan tegas mengatakan, “Akan adanya aksi unjuk rasa jika Hasil musyawarah MUI tidak di indahkan.”
Dirinya Menambahkan, “Saat di cek hari ini dalam aplikasi michat masih ada yang menawarkan diri dan juga mengaku stay di Apartemen Gunung Putri Square. Artinya, hasil koordinasi muspika beserta tokoh agama gunung putri tidak diindahkan dan tidak ada kata lain. selain kita sebagai pemuda dan mahasiswa untuk mengelar aksi unjuk rasa sesuai amanah UU Kepemudaan No 40 tahun 2009 bahwa pemuda sebagai agent of control.” Tegas yogi
Red