Jakarta – Badan Gizi Nasional atau BGN mengakui kasus-kasus keracunan pada siswa seusai mengonsumsi Makan Bergizi Gratis disebabkan oleh kelalaian dalam pelaksanaan prosedur. Oleh karena itu, BGN akan bertanggung jawab dan memastikan kasus-kasus itu tak akan kembali terjadi.
Wakil Kepala BGN Nanik S Deyang mengatakan, 80 persen insiden keamanan pangan terjadi karena prosedur operasi standar (SOP) tidak dipatuhi, baik oleh mitra maupun tim BGN.
Adapun tim BGN yang dimaksud meliputi Kepala Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG), ahli gizi, dan akuntan.
Nanik mengakui bahwa kelalaian terbesar berasal dari kurangnya pengawasan internal BGN terhadap operasional dapur di lapangan. Pihaknya mengaku bersalah dan bertanggung jawab penuh atas insiden keamanan pangan yang menimpa anak-anak peserta program.
“Kesalahan juga terbesar adalah pada kami, di mana kami berarti masih kurang lagi pengawasannya. Kami mengaku salah atas apa yang terjadi,” ucap Nanik dalam agenda Insight Session with BGN, pada Jumat (26/09).
Sebagai langkah perbaikan, BGN tidak akan menoleransi siapa pun yang melanggar SOP di masa mendatang. Dari hasil evaluasi, ditemukan 45 dapur yang tidak menjalankan SOP dengan benar dan menjadi penyebab utama insiden.
“Ada 45 dapur kami yang ternyata tidak menjalankan SOP dan menjadi penyebab terjadinya insiden keamanan pangan. Dari 45 dapur itu, 40 dapur kami nyatakan ditutup,” katanya.
Nanik mengatakan, BGN memastikan akan menanggung seluruh biaya pengobatan para korban yang terdampak insiden tersebut. Tanggung jawab ini juga berlaku bagi orang tua yang mungkin ikut mengonsumsi dan mengalami masalah kesehatan.
Selain itu, Nanik juga mengajak seluruh elemen masyarakat, termasuk para kepala daerah, untuk ikut serta mengawasi operasional dapur MBG. Ia berharap kejadian serupa tidak akan pernah terulang kembali di masa depan.
(Red)